Kentang (Solanum tuberosum L) merupakan sumber utama karbohidrat, sehingga menjadi salah satu komoditi penting. Kentang juga merupakan komoditas hortikultura yang paling berpeluang untuk pengembangan agribisnis dan agroindustri dibandingkan dengan komoditas hortikultura lainnya. Besarnya peluang ini disebabkan harga kentang relatif stabil, potensi bisnisnya tinggi, segmen usaha dapat dipilih sesuai dengan modal, pasar terjamin dan pasti.
Konsumsi kentang untuk pasar tradisional
mencakup 90 persen dari total pasar kentang di Indonesia, belum lagi
peluang pasar lainnya seperti : pasar swalayan, restoran dan untuk bahan
baku industri.
Syarat Tumbuh Tanaman Kentang
Tanaman kentang dapat tumbuh dengan baik
pada ketinggian antara 1.000-3.000 m dpl, curah hujan rata-rata 1500
mm/tahun, lama penyinaran 9-10 jam/hari, suhu optimal 18-21 °C,
kelembaban 80-90% dan ketinggian antara 1.000-3.000 m dpl.
Media yang cocok untuk budidaya tanaman
kentang, yakni media tanah dengan struktur remah, gembur, banyak
mengandung bahan organik, berdrainase baik dan memiliki lapisan olah
yang dalam dan pH antara 5,8-7,0.
Pembibitan Kentang
Umbi bibit berasal dari umbi produksi
berbobot 30-50 gram, umur 150-180 hari, tidak cacat, dan varitas unggul.
Pilih umbi berukuran sedang, memiliki 3-5 mata tunas dan hanya sampai
generasi keempat saja. Setelah tunas + 2 cm, siap ditanam. Bila bibit
membeli (usahakan bibit yang bersertifikat), berat antara 30-45 gram
dengan 3-5 mata tunas.
Setelah dilakukan seleksi terhadap
bibit, kemudian dikeringanginkan selama dua minggu, dilanjutkan
perlakuan bibit dengan pestisida. Pestisida yang digunakan adalah
bakterisida berbahan aktif Streptomisin sulfat dan fungisida berbahan
aktif Benomil. Bibit kemudian dimasukkan ke dalam kotakkotak kayu
bercelah dengan ukuran 60 x 40 x 30 cm yang telah dilapisi dengan kertas
koran bekas pada bahagian dalamnya. Kotak diisi 3/4 bagian (20-30 kg
umbi kentang). Kemudian ditutup dengan kain kasa dan disimpan pada
gudang penyimpanan secara selang-seling dengan tujuan supaya sirkulasi
udara merata, dan bibit kentang bertunas dengan normal.
Pengolahan Media Tanam Kentang
Pengolahan tanah dilakukan dua kali
yaitu olah pertama dengan traktor sedalam 20-30 cm, kemudian
diistirahatkan dua minggu yang bertujuan untuk memperbaiki aerasi tanah.
Olah tanah kedua dengan cangkul untuk membersihkan rumput-rumput atau
gulma yang terdapat dipermukaan tanah, bedengan dibuat dengan lebar 70
cm (1 jalur tanaman)/140 cm (2 jalur tanaman), tinggi 30 cm dan buat
saluran pembuangan air sedalam 50 cm dan lebar 50 cm.
Pemupukan Dasar
Pupuk dasar yang diberikan pada media
tanam, yaitu: pupuk kandang 5-6 ton/ha (dicampur pada tanah bedengan
atau diberikan pada lubang tanam) satu minggu sebelum tanam, dan pupuk
anorganik berupa urea (200 kg/ha), SP 36 (200 kg/ha), dan KCl (75
kg/ha).
Cara Penanaman Kentang
Jarak tanaman kentang 80 cm x 40 cm atau
70 x 30 cm dengan kebutuhan bibit + 1.300-1.700 kg/ha (bobot umbi 30-45
gr). Waktu tanam diakhir musim hujan (April-Juni).
Penyulaman
Penyulaman untuk mengganti tanaman yang tidak tumbuh/tumbuhnya jelek dilakukan 15 hari semenjak tumbuh.
Penyiangan
Penyiangan dilakukan minimal dua kali
selama masa penanaman 2-3 hari sebelum/bersamaan dengan pemupukan
susulan dan penggemburan.
Pemangkasan Bunga
Pada varietas kentang yang berbunga
sebaiknya dipangkas untuk mencegah terganggunya proses pembentukan umbi,
karena terjadi perebutan unsur hara.
Pemupukan Susulan
Pupuk yang diberikan :
1) Urea/ZA: 21 hari setelah tanam 300 kg/ha dan 45 hst 150 kg/ha.
2) SP-36: 21 hst 250 kg/ha.
3) KCl: 21 hst 150 kg/ha dan 45 hst 75 kg/ha.
Pupuk diberikan jarak 10 cm dari batang tanaman.
Pengairan
Pengairan 7 hari sekali secara rutin
dengan di gembor, Power Sprayer atau dengan mengairi selokan sampai
areal lembab (sekitar 15-20 menit).
Hama Tanaman Kentang
1) Hama trip ( Thrips tabaci )
Gejala: pada daun terdapat bercak-bercak
berwarna putih, berubah menjadi abu-abu perak dan mengering. Serangan
dimulai dari ujung-ujung daun yang masih muda. Pengendalian: (1)
memangkas bagian daun yang terserang; (2) mengunakan Pestona atau BVR.
2) Ulat grayak (Spodoptera litura)
Gejala: ulat menyerang daun hingga habis
daunnya. Pengendalian: (1) memangkas daun yang telah ditempeli telur;
(2) penyemprotan Natural Vitura dan sanitasi lingkungan.
3) Orong-orong (Gryllotalpa Sp)
Gejala: menyerang umbi di kebun, akar,
tunas muda dan tanaman muda. Akibatnya tanaman menjadi peka terhadap
infeksi bakteri. Pengendalian: Pengocoran Pestona.
4) Kutu daun (Aphis Sp)
Gejala: kutu daun menghisap cairan dan
menginfeksi tanaman, juga dapat menularkan virus. Pengendalian: memotong
dan membakar daun yang terinfeksi, serta penyemprotan Pestona atau BVR.
5) Hama penggerek umbi (Phtorimae poerculella Zael)
Gejala: daun berwarna merah tua dan
terlihat jalinan seperti benang berwarna kelabu yang merupakan materi
pembungkus ulat. Umbi yang terserang bila dibelah, terlihat
lubang-lubang karena sebagian umbi telah dimakan. Pengendalian :
Pengocoran Pestona.
Penyakit Tanaman Kentang
a) Penyakit bercak kering (Early Blight)
Penyebab: jamur Alternaria solani. Jamur
hidup disisa tanaman sakit dan berkembang di daerah kering. Gejala:
daun berbercak kecil tersebar tidak teratur, warna coklat tua, meluas ke
daun muda. Permukaan kulit umbi berbercak gelap tidak beraturan,
kering, berkerut dan keras. Pengendalian: pergiliran tanaman. Pencegahan
: Natural Glio sebelum/awal tanam
b) Penyakit layu bakteri
Penyebab: bakteri Pseudomonas
solanacearum. Gejala: beberapa daun muda pada pucuk tanaman layu dan
daun tua, daun bagian bawah menguning. Pengendalian: sanitasi kebun,
pergiliran tanaman. Pencegahan dengan penggunaan Natural Glio pada
sebelum atau awal tanam.
c) Penyakit busuk umbi
Penyebab: jamur Colleotrichum coccodes.
Gejala: daun menguning dan menggulung, lalu layu dan kering. Bagian
tanaman yang berada dalam tanah terdapat bercak-bercak berwarna coklat.
Infeksi akan menyebabkan akar dan umbi muda busuk. Pengendalian:
pergiliran tanaman , sanitasi kebun dan penggunaan bibit yang baik.
Pencegahan dengan penggunaan Natural Glio pada sebelum atau awal tanam.
d) Penyakit busuk daun
Penyebab: jamur Phytopthora infestans.
Gejala: timbul bercak-bercak kecil berwarna hijau kelabu dan agak basah
hingga warnanya berubah menjadi coklat sampai hitam dengan bagian tepi
berwarna putih yang merupakan sporangium dan daun membusuk/mati.
Pengendalian: sanitasi kebun. Pencegahan dengan penggunaan Natural Glio
pada sebelum atau awal tanam.
e) Penyakit fusarium
Penyebab: jamur Fusarium sp. Gejala:
busuk umbi yang menyebabkan tanaman layu. Penyakit ini juga menyerang
kentang di gudang penyimpanan. Infeksi masuk melalui luka-luka yang
disebabkan nematoda/faktor mekanis. Pengendalian: menghindari terjadinya
luka pada saat penyiangan dan pendangiran. Pencegahan dengan penggunaan
Natural Glio pada sebelum atau awal tanam.
f) Penyakit karena virus
Virus yang menyerang adalah: (1) Potato
Leaf Roll Virus (PLRV) menyebabkan daun menggulung; (2) Potato Virus X
(PVX) menyebabkan mosaik laten pada daun; (3) Potato Virus Y (PVY)
menyebabkan mosaik atau nekrosis lokal; (4) Potato Virus A (PVA)
menyebabkan mosaik lunak; (5) Potato Virus M (PVM) menyebabkan mosaik
menggulung; (6) Potato Virus S (PVS) menyebabkan mosaik lemas. Gejala:
akibat serangan, tanaman tumbuh kerdil, lurus dan pucat dengan umbi
kecil-kecil/tidak menghasilkan sama sekali; daun menguning dan jaringan
mati. Penyebaran virus dilakukan oleh peralatan pertanian, kutu daun
Aphis spiraecola, A. gossypii dan Myzus persicae, kumbang Epilachna dan
Coccinella dan nematoda. Pengendalian: tidak ada pestisida untuk
mengendalikan virus, pencegahan dan pengendalian dilakukan dengan
menanam bibit bebas virus, membersihkan peralatan, memangkas dan
membakar tanaman sakit, mengendalikan vektor dengan Pestona atau BVR dan
melakukan pergiliran tanaman.
Panen
Umur panen kentang berbeda menurut
jenisnya, tetapi umumnya dipanen saat berumur 3-4 bulan setelah tanam.
Setelah panen, sebaiknya kentang dipungut seminggu setelah daun dan
ujung batangnya kering. Bila belum kering, mutu umbinya akan rendah dan
kulitnya akan lecet sehingga tidak bisa dijadikan bibit. Penggalian
untuk memungut umbi harus berhati-hati jangan sampai umbinya terluka
kena cangkul atau alat penggali lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar